Gambaran Tingkat Burnout Pada Guru SLB Di SLB-B Negeri Cicendo Kota Bandung
DOI:
https://doi.org/10.58550/jka.v3i2.5Keywords:
Burnout, Guru, SLB-B, Tuna RunguAbstract
Seorang guru tidak hanya sekedar menyampaikan ilmu pengetahuan, tetapi juga memiliki peranan untuk membentuk kehidupan seseorang. Guru memiliki pekerjaan yang tidak mudah terutama untuk menghadapi anak tunarungu, karena pengasuhan, perawatan, pembimbingan, dan pendidikan terhadap anak tunarungu lebih sulit sehingga kondisi seperti ini sering menyebabkan guru menjadi burnout.
Penelitian dilakukan di SLB B Negeri Cicendo kota Bandung dikarenakan jumlah murid tunarungu yang banyak tetapi tenaga pengajar yang sedikit. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan informasi mengenai gambaran burnout pada guru SLB B Negeri Cicendo kota Bandung dalam dimensi kelelahan emosional, depersonalisasi dan penghargaan terhadap diri sendiri serta faktor-faktor penyebabnya. Burnout merupakan reaksi emosi negatif yang terjadi dilingkungan kerja. Jenis penelitian adalah deskriptif, menggunakan metode sampling jenuh berjumlah 22 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa burnout yang dirasakan oleh responden pada dimensi kelelahan emosional adalah tingkat rendah (86,36%), dimensi depersonalisasi memiliki burnout tingkat rendah (77,27), dan dimensi penghargaan diri sendiri memiliki tingkat sedang (54,55%). Faktor-faktor yang menjadi sumber burnout pada responden antara lain karakteristik anak didik yang tergolong sulit ditangani dan beban kerja yang berlebih karena keterbatasan tenaga pengajar. Diharapkan penambahan jumlah guru di SLB-B Negeri Cicendo kota Bandung dapat mengurangi tingkat burnout.